Www Frefensinews my id
Sidoarjo, 10 Juni 2025 — Dalam geliat dinamika keamanan pemasyarakatan yang kian kompleks, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sidoarjo, Disri Wulan A.T., Amd.IP., S.H., M.H., melakukan langkah strategis dengan menjalin koordinasi langsung bersama Kapolresta Sidoarjo. Audiensi resmi yang digelar Selasa pagi di Markas Polresta Sidoarjo itu bukan sekadar pertemuan seremonial, melainkan wujud nyata penajaman sinergi dua institusi penegak hukum dalam menghadapi tantangan keamanan yang kian multidimensi.
Langkah ini menandai urgensi peningkatan komunikasi operasional lintas institusi, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang bersumber dari dalam lembaga pemasyarakatan itu sendiri. Di balik dinding-dinding tebal penjara, ancaman laten seperti peredaran narkoba terorganisir, jaringan radikalisme, hingga kebocoran informasi intelijen kini menjadi perhatian serius.
Dalam dialog tertutup tersebut, kedua pucuk pimpinan sepakat pada sejumlah poin strategis. Salah satunya adalah pembentukan jalur komunikasi cepat antar kedua instansi dalam merespons potensi gangguan yang bersifat taktis maupun strategis. “Keamanan Lapas tidak bisa berdiri sendiri. Kami butuh mitra kuat yang bisa bergerak bersama di lapangan,” tegas Kalapas Disri Wulan.
Lebih jauh, disepakati pula penguatan sistem intelijen yang tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga proaktif melalui pemetaan risiko penghuni, penyusupan jaringan narkotika, dan deteksi dini terhadap kelompok-kelompok intoleran yang masih memiliki simpatisan di dalam lapas. Ini mengindikasikan adanya transformasi paradigma: dari sekadar pengamanan pasif, menuju pendekatan sistematis berbasis data dan kolaborasi.
Kapolresta Sidoarjo, dalam keterangannya, menegaskan kesiapan Polresta untuk mendukung Lapas tidak hanya dalam bentuk patroli dan back-up personel, tetapi juga pembinaan ideologis dan hukum bagi warga binaan. “Kami percaya pencegahan bukan hanya soal barikade, tapi juga tentang membangun kesadaran hukum dan sosial sejak dini,” ujarnya.
Dukungan konkret juga meliputi penyelenggaraan program penyuluhan hukum, penyadaran bahaya narkotika, hingga kontribusi dalam program deradikalisasi yang menjadi fokus utama Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam beberapa tahun terakhir. Sinergi ini membuka peluang lahirnya protokol kolaboratif lintas sektoral yang lebih adaptif, responsif, dan berkelanjutan.
Langkah Lapas Sidoarjo dan Polresta ini mencerminkan satu hal: stabilitas keamanan pemasyarakatan tidak lagi bisa ditopang oleh satu institusi saja. Dalam konteks keamanan nasional yang terintegrasi, sinergi lintas lembaga adalah keniscayaan. Apalagi dalam realitas saat ini, lembaga pemasyarakatan bukan hanya tempat pembinaan, tapi juga titik krusial dalam rantai keamanan negara.
Jika kolaborasi ini berhasil menjadi model yang konsisten dan terukur, bukan tak mungkin Sidoarjo menjadi prototipe bagi integrasi penegakan hukum yang lebih luas. Di tengah sorotan publik atas rentannya Lapas menjadi episentrum kejahatan terorganisir, langkah ini layak diapresiasi sekaligus diawasi.
(Ifa)

