KWI, Nafas Baru Jurnalisme Indonesia: Dari Surabaya, Umar S.H. Kobarkan Gerakan Pers Berintegritas


Www.Frefensinews.my.id

SURABAYA — Di tengah derasnya pusaran informasi, ketika media sering terjebak antara idealisme dan kepentingan, muncul satu gerakan moral yang menyalakan kembali bara integritas di dunia pers Indonesia. Gerakan itu bernama Komunitas Wartawan Indonesia (KWI) — sebuah wadah yang lahir dari nurani dan kepedulian terhadap marwah profesi wartawan.

Di balik berdirinya KWI, ada sosok penggagas yang dikenal tegas dan visioner — Umar, S.H., wartawan senior asal Surabaya yang telah lama mengabdi di dunia jurnalistik. Melalui KWI, Umar ingin menghadirkan kembali esensi sejati seorang wartawan: menulis dengan hati nurani, menyuarakan kebenaran, dan menjaga kepercayaan publik.

 “KWI bukan untuk menyaingi organisasi pers lain. Kami hadir sebagai gerakan moral, mitra bagi semua jurnalis untuk saling menguatkan dan menjaga idealisme profesi,” ujar Umar, S.H. dalam forum jurnalis di Surabaya, Jumat (10/10/2025).

Lahir dari Keprihatinan, Bergerak dari Nurani

KWI lahir dari kegelisahan yang nyata. Di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus digitalisasi media, banyak jurnalis justru terpinggirkan oleh kepentingan ekonomi dan politik. Etika dan integritas mulai terkikis oleh ambisi kecepatan dan sensasionalisme.

Umar menilai, kondisi ini menjadi alarm bagi insan pers untuk kembali ke akar perjuangan jurnalistik: kebenaran dan tanggung jawab moral.

“Banyak jurnalis muda potensial, tapi mereka tidak mendapat ruang pembinaan yang benar. KWI hadir untuk menjadi rumah pembelajaran, tempat menempa karakter dan profesionalisme wartawan sejati,” ungkapnya.

Melalui KWI, Umar ingin membangun ekosistem media yang lebih sehat — di mana kredibilitas lebih berharga daripada popularitas, dan kebenaran lebih penting daripada kecepatan.

Gerakan Jurnalisme Beradab dan Berkeadilan

KWI membawa semangat baru: “Satu Pena, Satu Suara untuk Kebenaran.” Semboyan ini bukan sekadar slogan, melainkan komitmen moral agar setiap wartawan kembali berperan sebagai penjaga nurani bangsa.

Bagi Umar, wartawan tidak hanya menulis berita, tetapi membentuk persepsi publik dan memengaruhi arah moral masyarakat.

“Jurnalisme bukan sekadar profesi, tapi panggilan nurani. Wartawan sejati menulis untuk mencerahkan, bukan menyesatkan,” tegasnya.

KWI juga berkomitmen mengawal Kode Etik Jurnalistik (KEJ) sebagai pedoman utama, sekaligus memperjuangkan kesejahteraan wartawan di berbagai daerah — sebuah isu klasik yang kerap diabaikan dalam industri media.

Membangun Perubahan dari Surabaya untuk Indonesia

Dari Surabaya, gema KWI mulai menggema ke berbagai wilayah. Komunitas ini tak sekadar membangun jaringan wartawan, tetapi juga membuka program pelatihan, sertifikasi, dan penguatan kapasitas jurnalis profesional.

KWI mendorong lahirnya generasi wartawan baru yang berani, berintegritas, dan berpihak pada kebenaran.

“Kami ingin wartawan kembali disegani bukan karena kedekatannya dengan kekuasaan, tapi karena keberaniannya berdiri di atas kebenaran,” ujar Umar dengan nada tegas.

Langkah kecil ini diyakini menjadi gerakan besar yang mampu mengembalikan kehormatan dan martabat profesi wartawan Indonesia.

Pers yang Kuat, Negara yang Bermartabat

Kehadiran KWI menjadi momentum penting untuk menata ulang wajah pers nasional. Gerakan ini mengingatkan bahwa kekuatan media bukan pada seberapa cepat ia memberitakan, tetapi seberapa benar dan bermaknanya informasi yang disampaikan.

Dengan spirit kolaborasi lintas media dan semangat kebersamaan, KWI bertekad menjadi pelopor jurnalisme yang beretika, beradab, dan berkeadilan.

 “Pers yang kuat lahir dari persatuan. Dan kekuatan wartawan sejati terletak pada keberanian menulis dengan nurani,” tutup Umar, S.H., penuh keyakinan.

📰 Media: Frefensinews.my.id

✍️ Pewarta: Teddi

📍 Surabaya, 11 Oktober 2025

Lebih baru Lebih lama